ringkasari F.J. Ormeling sr. - Survei dan pemetaan di Hindia Britis dan Hindia Belanda Berdasarkan pembahasan kepustakaan secara terbatas, penga- rang membandingkan kegiatan pertama di bidang survei dan pemetaan di dua negeri jajahan tropis. Di kedua negeri ini prasarana waktu itu masih jauh dari lengkap, dan iklimnya kurang cocok untuk kerja lapangan oleh orang Eropa. Di- butuhkan tenaga kerja lokal untuk melaksanakan beraneka tugas yang, terutamanya di India, sangat terhargai. Sudah pada tahun 1767 dibinalah dasar untuk Survei India yang ber- wibawa. 'Survei Besar Trigonometri' sebagian besar wilayah India itu tetap dianggap suatu prestasi yang mensankan. Pihak Belanda belum sanggup mengikuti. Pembinaan Dinas Topografi Hindia Belanda baru terwujud bertahap-tahap antara tahun 1853 dan 1903. Lain dengan Inggris, Belanda ternyata belum sampai sepenuhnya menyadari daya guna jaringan trigonometri. Di bagian kedua abad ke-XIX, survei di India terhambat oleh perselisihan dalam departemen. Padahal di Hindia Belanda pada masa itu malah muncul banyak prakarsa. Pada awal abad ke-XX, di India maupun di Hindia Belanda dinas topografi direorganisasi guna meningkatkan kewe- nangannya. Akan tetapi pecahnya Perang Dunia ke-I, disusul oleh resesi ekonomi tahun 30-an lalu Perang Dunia ke-II, berakibat sangat negatif untuk semua rencana. Waktu ke- mudian India dan Indonesia meraih kemerdekaan, masih tinggal sebagian besar wilayah yang belum sempat dipetakan. Namun demikian sepantasnya orang kagum memandang kembali ke seluruh usaha yang telah dilakukan di zaman kea- daan masih serba sulit. R.P.G.A. Voskuil- Ekspedisi-ekspedisi Angkatan Laut dan survei pantai Irian pada awal abad ke-XIX Di zaman pemerintahan VOC jalur-jalur pelayaran yang pa- ling penting terletak di bagian barat Nusantara. Maka peta- peta manuskrip yang meliputi kawasan Indonesia Barat zaman itu sudah cukup teliti gambarnya, sementara di bagian timur Nusantara tinggal banyak daerah yang masih kurang, atau malah samasekali belum disurvei. Terutamanya pemetaan Irian Iah yang tertinggal jauh, sebab belum ada kepentingan ekonomis yang mendesak. Artikel ini mengenai beberapa ek- spedisi yang diadakan Angkatan Laut ke pantai Irian pada awal abad ke-XIX. Dibahas pula pengaruh perjalanan- perjalanan ini atas taraf pemetaan daerah yang didatangi. A.J. Pannekoek - Seorang ahli geografi di Dinas Topografi Hindia Belanda Pada tahun 1921, di Dinas Topografi Hindia Belanda didiri- kan suatu Bagian Kartografi tersendiri. Bagian Kartografi ini terutamanya bertanggungjawab atas pemetaan skala kecil. Sebagai Kepala Bagian ditunjukkan seorang ahli geografi ber- pendidikan ilmiah, alih-alih seorang opsir militer berpendidi- kan kartografi. Perhatian jadi bergeser ke perancangan dan penyederhanaan legenda beserta penggambaran geomorfologi dan ketinggian. Pada waktu itu beberapa seri peta skala kecil sudah tersedia, antara lain peta-peta Kabupaten Jawa yang terpuji. Bagian Kartografi yang baru itu berusaha menyeragamkan cara peng- gambarannya dan menambah seri-seri yang baru. Terbitan sampai perang dunia kedua termasuk: seri peta Jawa-Madura 1:250.000 berlembar 10; Peta Dunia Internasional 1:1 juta 14 lembar; peta aeronautika 1:1 juta beberapa lembar; peta ja/an Jawa-Madura 1:500.000; dan peta-peta gambar hitam-putih, skala berbeda-beda, yang dibuat cepat-cepat. Seluruh kerja ini berakhir secara tiba-tiba pada tahun 1942 karena pendudukan Jepang, yang menyebabkan penawanan seluruh personil, baik yang militer maupun yang sipil, di dalam kamp-kamp inter- niran. J. Rais A.H. Polder man - Komponen pemetaan dari proyek TRANS-V di Indonesia Artikel ini memberi gambaran ikhtisar tentang seluruh usaha pemetaan yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Indonesia (Bakosurtanal) dalam rangka proyek Transmigrasi- V. Usaha ini meliputi kontrak-kontrak yang cukup besar dengan berbagai kontraktor (internasional) untuk pemotretan udara, hasil-hasil penginderaan jarak jauh (SPOT, SAR), base map, levelling, pendidikan, consultancy dan penyediaan peralatan. Suatu tim penasihat internasional (TAT) membantu Bakosurtanal dengan pengawasan program pemetaan, penguatan kesanggupan institusional, beserta in- troduksi dan implementasi aspek-aspek geodesi mutakhir, fo- togrametri analitis, otomatisasi kartografi, GIS dsb. P.J. Oxtoby - Pengalaman dengan pemetaan dasar topografi di Indonesia Produksipeta dasar topografi 1:50.000 meliputi bagian dari Kalimantan dan Sulawesi ternyata terintang oleh kekurangan personil yang cukup berpengalaman. Kekurangan pengalaman ini tampak baik di ketiga kontraktor yang melaksanakan pe- metaannya maupun di Bakosurtanal sendiri. Dengan metode- metode formil dan informil, Technical Advisory Team (TAT) telah berusaha mendidik dan melatih semua yang bersang- kutan. Kontrol kualitas yang diterapkan secara lengkap dan setepat-tepatnya sempat menghasilkan peningkatan mutu peta, sekalipun perencanaan waktu terlampaui karena ternyata waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan kartografi ditaksir terlalu rendah. Sebagai hasil nyata dari ketiga kontrak pemetaan diselesaikan 78 KT 1993.XIX.3

Digitale Tijdschriftenarchief Stichting De Hollandse Cirkel en Geo Informatie Nederland

Kartografisch Tijdschrift | 1993 | | pagina 80